Minggu, 23 Maret 2014

Aku sayang kamu, Rere


Semilir angin sore selalu sukses membuat Rere tenang, seperti biasa dengan secangkir kopi susu hangat dan beberapa cemilan tentu saja dengan novel yang selalu menemaninya. Rengganis Resti Pangestu adalah nama yang diberikan kedua orang tuanya saat Rere lahir. Namun, mereka lebih sering memanggilnya Rere. Tujuh belas tahun sudah aku hidup dan dibesarkan oleh kedua orang tuanya. Rere duduk dibangku kelas 2 di SMA Rawa Arum Cilegon. Rere mempunyai satu kakak perempuan bernama Sastiara Sita Pangestu. Ka Sasa biasa Rere menangilnya. Ka Sasa sedang menyelesaikan study S2 nya di salah satu Universitas Swasta di Jakarta. Rere sangat dekat dengan Ka Sasa hampir semua hal Rere ceritakan padanya. Ka Sasa selalu dikelilingi banyak laki-laki yang menyukainya, maklum dia memiliki tinggi badan 160 cm dengan rambut agak pirang ikal dengan kulit putih bersih. Ka Sasa selalu jadi kebanggaan keluarga kami. Ada lagi adik Rere, Radif Mandalika Pangestu yang duduk dikelas tiga Sekolah Menengah Pertama. Radif adalah anak kesayangan Ayah. Semua yang Radif minta selalu dituruti oleh Ayah. Tapi Radif tidak banyak menuntut pada Ayah dan Mama.
“Hai cantik lagi ngapain ?” Tiba-tiba Radif datang membuyarkan lamunannya. Rere hanya tersenyum. “Nih Ka Re, tadi pagi ada yang datang membawa bingkisan untuk Kakak.” Kata Radif sambil memberikan sebuah kotak agak besar berwarna merah muda. “Bingkisan dari siapa dif ?.” Tanya Rere penasaran. “Ga tau orangnya Cuma bilang ada bingkisan buat Rengganis, terus aku juga lupa nanya itu dari siapa hehe ”  lalu Radif pun pergi meninggalkan Rere yang masi dalam kebingungan.
Perlahan tapi pasti Rere membuka bingkisan tersebut. Foto dirinya ? ternyata bingkisan tersebut berisi foto-foto dirinya. Apa maksudnya ? kata Rere dalam hati. ”Re?” Tanya Ka Sasa yang tiba-tiba saja masuk. “Ya ka ada apa ?” jawab Rere. “Ada telpon  tuh buat kamu” kata Ka Sasa. “dari siapa ka?” Tanya Rere sambil berjalan menuju tempat telpon rumah. “ga tau Re, kakak lupa nanya, sudah sana angkat”.
“Assalamualaikum, ini Rere. Maaf ini siapa?” kata Rere memegang gagang telpon tersebut. “Bingkisannya udah nyampe?” kata seseorang disebrang telpon. Suaranya sangat asing bagi Rere. Suara seorang pemuda. “iya udah nyampe, maaf ini siapa?” tut..tut..tut.. belum selesai Rere melanjutkan pertanyaannya pemuda tersebut sudah menutup telpon. Rere sangat bingung dan merasa tak tenang.

* **

Pagi ini seperti biasa Rere berangkat dengan menaiki bus ke sekolahnya, pagi ini cukup terik. Sesampainya dikelas Rere sangat terkejut, sekuntum bunga matahari ada dalam laci mejanya. Dia melihat kekanan kekiri dan kebelakang dan masi sepi, Rere memang lebih suka datang sekolah lebih awal dari teman-temannya yang lain. Ia lihat belum ada yang datang dan jam menunjukkan ini masih pukul 06.35. Rere memang sangat menyukai bunga matahari, tapi seingat nya hanya pacarnya LazuArdi Angkasa yang tau kalau dia menyukai bunga matahari.
ErikaSantika teman sebangku yang baru saja datang bingung melihat tingkah lalu temannya tersebut, Erikaduduk disebelah Rere dan bertanya “Kenapa re? seperti orang kebingungan begitu?”. “Ada yang naro bunga matahari dilaci meja aku” tanyanya masih dengan keheranan. “Bunga matahari ?” Tanya Erikadengan heran pula. “Memang sebelum kamu datang siapa yg ada disini?” lanjut Erika. “Tidak ada” jawab Rere singkat. Kedua teman sebangku itu pun saling berpandangan dan keheranan. “Ah mungkin hanya orang iseng, sudah lupakan saja.” Saran Erika.
Bel masuk pun berbunyi. Semua teman-teman pun sudah datang. 5 menit.. 10 menit.. 15 menit …. “Tumben Bu Silvi telat ?” Tanya Erikapada Rere. “Gak tau, mungkin macet”. Jawab Rere. IBu Silvi adalah guru fisika Rere dan Erikasekaligus wali kelas mereka. “Assalamualaikum”  Bu Silvi yang baru datangpun langsung masuk kedalam kelas. “Waalaikum sallam”Tapi ada satu yang berbeda, kali ini dibelakang Bu Silvi ada anak laki-laki berseragam sekolah. Apakah akan ada anak baru? Tanya anak-anak dalam hati. “Anak-anak, hari ini kalian akan mendapatkan teman baru, silakan Falan” kata Bu Silvi singkat. “Hai semua, nama aku Falan Mahendra, aku pindahan dari salah satu SMA negri di Jakarta ” kata Falan saat memperkenalkan diri. “oke Falan, silakan kamu duduk di.. ah dibelakang Rere, ditempat yang kosong.” Kata Bu Silvi sambil menunjuk kearah tempat duduk yang kosong. Falan melewati tempat duduk Rere dan tersenyum. Rere terkejut, “senyuman itu manis sekali” Katanya dalam hati. Falan duduk tepat dibelakang tempat duduk Rere.
Karena para dewan guru akan mengadakan rapat maka Bu Silvi hanya memeberikan tugas pada anak-anak. “Hei nama aku Erika” ucap Erikasembari menjulurkan tangannya kea rah Falan. Rere yang mendengar itu langsung ikut membalikkan badan. “Hai, aku Falan” jawab Falan dengan ramah dan menjabat tangan Erika. “Ini temanku, Rere” kata Erikasambil memeluk pundak sahabatnya itu. “Oh hai, aku Falan” ucap Falan masih dengan sopan. “Aku Rere” jawab Rere singkat.  Tatapan mata Falan yang tajam membuat jantung Rere berdetak kencang. Falan member senyuman yang amat sangat manis untuk Rere. Dan setelah itu mereka berencana makan dikantin bersama. Ternyata Falan juga mempunyai hobby yang sama dengan Erikadan Rere yaitu, membaca diperpustakaan sekolah.
                       
***

            Dia menanyakan pada Ardi tentang bunga dan bingkisan itu namun Ardi mengaku tidak tau menau. Rere dan Ardi sudah berpacaran selama lebih dari 2 tahun. Keluarga merakapun sudah saling mengenal satu sama lain. Namun kini, Ardi sedang meneruskan study nya di salah satu Universitas di London, Inggris .
Setelah hari itu, Rere selalu mendapatkan sebuah bunga matahari di laci mejanya. Dan terus dikirim bingkisan oleh seseorang yang tak dikenalnya. Rere mulai resah dengan semua yang orang itu lakukan, itu sangat mengganggu perasaan dan hatinya.
            Ini pagi ke 20 Rere mendapatkan bunga matahari dilaci mejanya. Dengan agak kesal Rere bertanya pada Falan “Siapa sih yang selalu naro bunga matahari di laci meja aku”. “Aku juga ga tau kan kamu yang selalu datang awal” kali ini Falan menjawab pertanyaan Rere dengan ragu dan ketakutan. Aneh.. fikir Erikadan Rere. “Aku mau beli Air Mineral dulu yah. ” ucap Falan lalu keluar dari kelas.
“Er, kamu ngerasa ada yang aneh gak dari Falan?” Tanya Rere. “Iya Re, Falan menjawab pertanyaan kamu dengan ketekutan dan langsung pergi beli Air Mineral. Bukannya dia bawa yah. ” jawab Erika. Mereka berdua melihat di tas sebelah kanan Falan, Falan sudah membawa sebotol Air Mineral. Tapi mengapa Falan justru ingin membeli lagi??

                                                ***
            Setelah hari itu sikap Falan berubah. Falan seperti menjuhii Erikadan Rere. Erikadan Rere yang penasaran karena sikap dan gerak gerik yang berubah belakangan ini memutuskan untuk memata-matai Falan. Dari mulai mereka datang lebih awal dari biasanya agar bisa melihat siapa yang menaruh bunga-bunga matahari itu. Mengikuti kemana pun Falan pergi. Tapi mereka tidak mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan mereka.
            “Re, udah seminggu lebih kita mata-matain Falan dan ga dapet hasil apa-apa.” Kata Erikasambil meminum es kelapa muda yang dipesannya. “Iya, aneh kenapa bisa begitu yah?” jawab Rere yang juga kebingungan. Rere dan Erikasedang membeli es kelapa muda langganan mereka.
            Dari kejauhan tapi samar, Rere melihat sosok Falan sedang membeli bunga matahari. Bukan satu tapi belasan bunga dibelinya. ”Er, liat. Itu kan Falan kenapa dia beli bunga matahari sebanyak itu?” kata Rere sambil menunjuk kearah Falan. “Mana re?“. “Itu disebrang jalan ini. Itu pria yang memakai baju merah”.  Kata Rere masih menujuk kea rah sosok pria yang hendak membayar bunga yang ada ditangannya. “Oh  iya kamu bener, ayo kita datangi dia”. Mereka kemudian membayar es kelapa muda dan langsung menuju sosok yang mereka anggap Falan. Dan benar saja sosok tersebut memang benar Falan. Dan ditangan sebelah kiri Falan terdapat sebuah bingkisan berwarna merah muda. “Falan” Tanya Rere sambil menepuk bahu pria tersebut. Pria itu menengok dan terkejut. Dia benar-benar Falan. “Ka..kaa..lian” jawab Falan dengan gugup. “Tuh kan bener kecurigaan aku selama ini, ternyata bener kamu yang selalu menaruh bunga matahari di laci mejaku dan mengirim bingkisan-bingkisan itu?” Tanya Rere dengan muka marah dan kesal. “Maksud kamu apa sih lan, kalo kamu suka sama Rere ya tinggal bilang ga usah meneror dia seperti itu” kata Erikayang juga ikut kesal. Falan menarik napas dan berkata “ayo kita cari tempat dan aku akan jelaskan semuanya.”
***
            Falan mengakui semua yang ia lakukan. Tentang bunga, tentang bingkisan dan penelpon misterius itu. “Tapi aku ga ada maksud apa-apa”. “ga ada maksud gimana? Udah jelas-jelas kamu tertangkap basah tapi masih mau mengelak” sela Erikayang keliatan kesal. “Iya aku salah, maaf”. Rere masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan Falan. Untuk apa Falan melakukan ini semua. Bukankah selama ini Rere lebih melihat bahwa Falan menyukai Erikabukan dirinya. Tapi mengapa semua Falan berikan untuk Rere??
            “Aku akan jelasin kenapa aku ngelakuin semua ini tapi tolong kasih aku waktu. Kalau aku rasa waktunya udah tepat aku janji aku akan certain yang sebenernya ”. “kenapa ga sekarang aja” Tanya Rere dengan penasaran. “ga bisa aku bilangkan nanti kalau waktunya udah tepat, tolong bersabar”. Erikadan Rere mengiyakan permintaan Falan.

***
            Hari ini Rere merayakan ulang tahunya yang ke 18 tapi tidak seperti tahun kemarin Ardi tidak bisa ikut merayakannya karena studynya belum selesai. Teman-teman Rere banyak yang datang dan membawa kado. Erikadan Falan pun datang bersama, namun Falan belum menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Falan berjanji akan menceritakannya saat pesta ulang tahun Rere.Pesta itu begitu meriah. Ada Radif dan Ka Sasa yang mengenakan baju berpasangan.
            Acara pun dimulai, Ka Sasa yang berperan sebagai MC disini. “Assalamualaikum semua, oke makasih buat semua nya yang udah mau dateng ke acara ulang tahun ade aku Rengganis Resti Pangestu atau yang biasa kita panggil Rere. Yap kita mulai saja acaranya” sambutan dari Ka Sasa membuka acra tersebut. Mulai dari membaca basmalah bersama sampai make a wish. Tapi tiba-tiba lampu mati secara mendadak. Semua tamu panik tak terkecuali Rere dan keluarga. Ada sebuah mobil datang, dari mobil tersebut turunlah seorang pemuda membawa kue dengan lilin angka 18 yang sudah menyala apinya. Semua bertanya-tanya siapakah gerangan. Sosok itu pun perlahan berjalan menghampiri Rere. Rere sedikit meraka ketakutan. Sosok itu pun kini sudah berada tepat didepan Rere. “Happy Birthday.. Happy birthday.. Happy Birthday sayang” ternyata pria tersebut adalah Ardi. Rere terkejut dan langsung memeluk Ardi. Radif membantu memegang kue yang di bawa Ardi. Rere menangis tidak menyangka banwa Ardi akan datang. Lampu pun menyala, semua tersenyum bahagia.
            Falan pun mulai berbicara “Happy Birthday Rere, ini yang mau aku jelasin. Semua bunga dan bingkisan itu aku beri bukan karna kemauanku tapi karena Ardi yang meminta tolong padaku”. Rere melaps pelukannya, “Ardi ? tapi gimana kalian bisa Saling kenal ?” Tanya Rere heran. “Falan ini sepupu aku, maaf ya aku ga pernah cerita tentang dia” jawab Ardi lalu mengecup kening Rere.
            Erikayang sudah tau soal ini beberapa hari kemarin pun memeluk erat sahabatnya. “Semua ini Ardi lakuin buat nunjukin kalau dia saying banget sama kamu re, kamu beruntung punya pacar seromantis Ardi. Dannnn kamu tau ? aku sudah resmi berpacaran dengan Falan kemarin”. Rere sangat terkejut, perasaannya kini campur aduk. Bahagia, bingung, ah semuanya jadi satu.
            Tapi satu hal yang Rere mengerti, disini dihadapannya ada seorang pria yang sebenarnya sedang ada di belahan dunia lain tapi masih sempat mengirim bunga dan bingkisan walaupun lewat sepupunya. Itu adalah kado ulang tahun terindah untuknya. Rere memeluk Ardi dan menangis. “terima kasih saying, terima kasih untuk semuanya”. “sama-sama sayang. Aku sayang kamu, Aku sayang kamu Rere”. Jawab Ardi lalu mencium kening Rere. Semua yang ada dipesta itu bertepuk tangan dan semua tersenyum bahagia.
Selamat ulang tahun Rere J

Kamis, 13 Maret 2014

Ajari Aku Turun

Kau berikan aku sayap
Dan aku terbang dengan sayap itu
Aku berjalan dan berlari di angkasa
Hanya aku dan kamu berdua

Kau bacakan aku puisi
Berikan aku bunga dan kado-kado manis
Tapi saat aku sedang terbang
Tiba-tiba kau ambil sayapku

Aku terhempas Jatuh ke tanah
Kau sudah ajarkan aku terbang
tapi kau ambil lagi sayap itu
Kau lupa, jika kau belum ajari aku untuk turun

Cilegon, 06 maret 2013

Ada Apa Boy ?

Aku melihatnya tersenyum dan tertawa
Tapi senyuman itu bukan untukku
Aku menitipkan salam pada seorang teman
Dan dia hanya diam lalu pergi

Aku ingin berteriak melihat ekspresinya 
Dia bahkan tak tersenyum sedikitpun
Aku sadar aku terlalu buruk untuknya
Tapi sikapnya yang dingin.. Ohh :(


Aku sempat berfikir mengambil separuh nyawaku
lalu aku persembahkan untuknya
Tapi apa harus seperti itu ?
Ini sangat menyiksaku

Dia tertawa lepas ketika bersama yang lain
Namun tertunduk lesu saat melihatku
Apa ada yang salah ?
Atau mungkin...? Entahlah..


Cilegon, 23 maret 2013

Yakinkan Aku Tuhan

Tuhan..
Tersisakah malaikat yang tidak mempunyai tugas?
Bila ada beri satu untukku
Tugaskan dia untuk menjadi teman yang slalu ada untukku

Tuhan..
Jika ini memang harus terjadi
Beri aku kekuatan untuk bertahan
Bantu aku agar tetap bisa berjalan

Tuhan..
Sesak hati ini mengingat semua
Tapi yakinkan aku Tuhan
Bila Engkau selalu ada untukku


Cilegon 01 Aguatus 2013

Hanya Mimpi

Bimbang rasanya hati in
Mencoba berfikir positif
Mencoba mencari solusi
Namun tak dapat

Secara dalam ku hayati
Lembar demi lembar kisah hidup ini
satu demi satu cerita ini

Saat tertidur aku bermimpi
Kau datang dan tersenyum
Ketika itu aku tersentak lalu terbangun
dan berkata "ah hanya mimpi"



Cilegon, 10 November 2011

Tak Sanggup Bangkit

Kau yang buatku jatuh cinta
Yang damaikan hatiku dengan kata-kata manis
Yang tenangkan diriku dengan belaian lembut

Aku terhempas! Jatuh!
Aku tersungkur kedalam kubangan
Aku bahkan tak bisa terbangun
Berada didalam sini cukup lama

Aku malu pada dunia!
Aku seperti gadis bodoh yang mengemis!
Mengemis cinta pada pemuda yang bodoh pula!
Tapi tuhan sunguh ini sangat menyakitkan.


Cilegon. 06 maret 2013