Semilir
angin sore selalu sukses membuat Rere tenang, seperti biasa dengan secangkir
kopi susu hangat dan beberapa cemilan tentu saja dengan novel yang selalu
menemaninya. Rengganis Resti Pangestu adalah nama yang diberikan kedua orang
tuanya saat Rere lahir. Namun, mereka lebih sering memanggilnya Rere. Tujuh
belas tahun sudah aku hidup dan dibesarkan oleh kedua orang tuanya. Rere duduk
dibangku kelas 2 di SMA Rawa Arum Cilegon. Rere mempunyai satu kakak perempuan
bernama Sastiara Sita Pangestu. Ka Sasa biasa Rere menangilnya. Ka Sasa sedang
menyelesaikan study S2 nya di salah satu Universitas Swasta di Jakarta. Rere sangat
dekat dengan Ka Sasa hampir semua hal Rere ceritakan padanya. Ka Sasa selalu
dikelilingi banyak laki-laki yang menyukainya, maklum dia memiliki tinggi badan
160 cm dengan rambut agak pirang ikal dengan kulit putih bersih. Ka Sasa selalu
jadi kebanggaan keluarga kami. Ada lagi adik Rere, Radif Mandalika Pangestu
yang duduk dikelas tiga Sekolah Menengah Pertama. Radif adalah anak kesayangan
Ayah. Semua yang Radif minta selalu dituruti oleh Ayah. Tapi Radif tidak banyak
menuntut pada Ayah dan Mama.
“Hai
cantik lagi ngapain ?” Tiba-tiba Radif datang membuyarkan lamunannya. Rere hanya
tersenyum. “Nih Ka Re, tadi pagi ada yang datang membawa bingkisan untuk
Kakak.” Kata Radif sambil memberikan sebuah kotak agak besar berwarna merah
muda. “Bingkisan dari siapa dif ?.” Tanya Rere penasaran. “Ga tau orangnya Cuma
bilang ada bingkisan buat Rengganis, terus aku juga lupa nanya itu dari siapa
hehe ” lalu Radif pun pergi meninggalkan
Rere yang masi dalam kebingungan.
Perlahan
tapi pasti Rere membuka bingkisan tersebut. Foto dirinya ? ternyata bingkisan
tersebut berisi foto-foto dirinya. Apa maksudnya ? kata Rere dalam hati. ”Re?” Tanya
Ka Sasa yang tiba-tiba saja masuk. “Ya ka ada apa ?” jawab Rere. “Ada telpon tuh buat kamu” kata Ka Sasa. “dari siapa ka?”
Tanya Rere sambil berjalan menuju tempat telpon rumah. “ga tau Re, kakak lupa
nanya, sudah sana angkat”.
“Assalamualaikum,
ini Rere. Maaf ini siapa?” kata Rere memegang gagang telpon tersebut. “Bingkisannya
udah nyampe?” kata seseorang disebrang telpon. Suaranya sangat asing bagi Rere.
Suara seorang pemuda. “iya udah nyampe, maaf ini siapa?” tut..tut..tut.. belum
selesai Rere melanjutkan pertanyaannya pemuda tersebut sudah menutup telpon. Rere
sangat bingung dan merasa tak tenang.
* **
Pagi
ini seperti biasa Rere berangkat dengan menaiki bus ke sekolahnya, pagi ini
cukup terik. Sesampainya dikelas Rere sangat terkejut, sekuntum bunga matahari
ada dalam laci mejanya. Dia melihat kekanan kekiri dan kebelakang dan masi
sepi, Rere memang lebih suka datang sekolah lebih awal dari teman-temannya yang
lain. Ia lihat belum ada yang datang dan jam menunjukkan ini masih pukul 06.35.
Rere memang sangat menyukai bunga matahari, tapi seingat nya hanya pacarnya
LazuArdi Angkasa yang tau kalau dia menyukai bunga matahari.
ErikaSantika
teman sebangku yang baru saja datang bingung melihat tingkah lalu temannya
tersebut, Erikaduduk disebelah Rere dan bertanya “Kenapa re? seperti orang
kebingungan begitu?”. “Ada yang naro bunga matahari dilaci meja aku” tanyanya
masih dengan keheranan. “Bunga matahari ?” Tanya Erikadengan heran pula. “Memang
sebelum kamu datang siapa yg ada disini?” lanjut Erika. “Tidak ada” jawab Rere
singkat. Kedua teman sebangku itu pun saling berpandangan dan keheranan. “Ah
mungkin hanya orang iseng, sudah lupakan saja.” Saran Erika.
Bel
masuk pun berbunyi. Semua teman-teman pun sudah datang. 5 menit.. 10 menit.. 15
menit …. “Tumben Bu Silvi telat ?” Tanya Erikapada Rere. “Gak tau, mungkin
macet”. Jawab Rere. IBu Silvi adalah guru fisika Rere dan Erikasekaligus wali
kelas mereka. “Assalamualaikum” Bu Silvi
yang baru datangpun langsung masuk kedalam kelas. “Waalaikum sallam”Tapi ada
satu yang berbeda, kali ini dibelakang Bu Silvi ada anak laki-laki berseragam
sekolah. Apakah akan ada anak baru? Tanya anak-anak dalam hati. “Anak-anak,
hari ini kalian akan mendapatkan teman baru, silakan Falan” kata Bu Silvi singkat.
“Hai semua, nama aku Falan Mahendra, aku pindahan dari salah satu SMA negri di
Jakarta ” kata Falan saat memperkenalkan diri. “oke Falan, silakan kamu duduk
di.. ah dibelakang Rere, ditempat yang kosong.” Kata Bu Silvi sambil menunjuk
kearah tempat duduk yang kosong. Falan melewati tempat duduk Rere dan
tersenyum. Rere terkejut, “senyuman itu manis sekali” Katanya dalam hati. Falan
duduk tepat dibelakang tempat duduk Rere.
Karena
para dewan guru akan mengadakan rapat maka Bu Silvi hanya memeberikan tugas
pada anak-anak. “Hei nama aku Erika” ucap Erikasembari menjulurkan tangannya kea
rah Falan. Rere yang mendengar itu langsung ikut membalikkan badan. “Hai, aku Falan”
jawab Falan dengan ramah dan menjabat tangan Erika. “Ini temanku, Rere” kata Erikasambil
memeluk pundak sahabatnya itu. “Oh hai, aku Falan” ucap Falan masih dengan
sopan. “Aku Rere” jawab Rere singkat. Tatapan
mata Falan yang tajam membuat jantung Rere berdetak kencang. Falan member senyuman
yang amat sangat manis untuk Rere. Dan setelah itu mereka berencana makan
dikantin bersama. Ternyata Falan juga mempunyai hobby yang sama dengan Erikadan
Rere yaitu, membaca diperpustakaan sekolah.
***
Dia menanyakan pada Ardi tentang
bunga dan bingkisan itu namun Ardi mengaku tidak tau menau. Rere dan Ardi sudah
berpacaran selama lebih dari 2 tahun. Keluarga merakapun sudah saling mengenal
satu sama lain. Namun kini, Ardi sedang meneruskan study nya di salah satu Universitas
di London, Inggris .
Setelah
hari itu, Rere selalu mendapatkan sebuah bunga matahari di laci mejanya. Dan terus
dikirim bingkisan oleh seseorang yang tak dikenalnya. Rere mulai resah dengan
semua yang orang itu lakukan, itu sangat mengganggu perasaan dan hatinya.
Ini pagi ke 20 Rere mendapatkan
bunga matahari dilaci mejanya. Dengan agak kesal Rere bertanya pada Falan “Siapa
sih yang selalu naro bunga matahari di laci meja aku”. “Aku juga ga tau kan
kamu yang selalu datang awal” kali ini Falan menjawab pertanyaan Rere dengan
ragu dan ketakutan. Aneh.. fikir Erikadan Rere. “Aku mau beli Air Mineral dulu
yah. ” ucap Falan lalu keluar dari kelas.
“Er,
kamu ngerasa ada yang aneh gak dari Falan?” Tanya Rere. “Iya Re, Falan menjawab
pertanyaan kamu dengan ketekutan dan langsung pergi beli Air Mineral. Bukannya dia
bawa yah. ” jawab Erika. Mereka berdua melihat di tas sebelah kanan Falan, Falan
sudah membawa sebotol Air Mineral. Tapi mengapa Falan justru ingin membeli
lagi??
***
Setelah hari itu sikap Falan
berubah. Falan seperti menjuhii Erikadan Rere. Erikadan Rere yang penasaran
karena sikap dan gerak gerik yang berubah belakangan ini memutuskan untuk
memata-matai Falan. Dari mulai mereka datang lebih awal dari biasanya agar bisa
melihat siapa yang menaruh bunga-bunga matahari itu. Mengikuti kemana pun Falan
pergi. Tapi mereka tidak mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan mereka.
“Re, udah seminggu lebih kita
mata-matain Falan dan ga dapet hasil apa-apa.” Kata Erikasambil meminum es
kelapa muda yang dipesannya. “Iya, aneh kenapa bisa begitu yah?” jawab Rere
yang juga kebingungan. Rere dan Erikasedang membeli es kelapa muda langganan
mereka.
Dari kejauhan tapi samar, Rere
melihat sosok Falan sedang membeli bunga matahari. Bukan satu tapi belasan
bunga dibelinya. ”Er, liat. Itu kan Falan kenapa dia beli bunga matahari
sebanyak itu?” kata Rere sambil menunjuk kearah Falan. “Mana re?“. “Itu disebrang
jalan ini. Itu pria yang memakai baju merah”. Kata Rere masih menujuk kea rah sosok pria
yang hendak membayar bunga yang ada ditangannya. “Oh iya kamu bener, ayo kita datangi dia”. Mereka
kemudian membayar es kelapa muda dan langsung menuju sosok yang mereka anggap Falan.
Dan benar saja sosok tersebut memang benar Falan. Dan ditangan sebelah kiri Falan
terdapat sebuah bingkisan berwarna merah muda. “Falan” Tanya Rere sambil
menepuk bahu pria tersebut. Pria itu menengok dan terkejut. Dia benar-benar Falan.
“Ka..kaa..lian” jawab Falan dengan gugup. “Tuh kan bener kecurigaan aku selama
ini, ternyata bener kamu yang selalu menaruh bunga matahari di laci mejaku dan
mengirim bingkisan-bingkisan itu?” Tanya Rere dengan muka marah dan kesal. “Maksud
kamu apa sih lan, kalo kamu suka sama Rere ya tinggal bilang ga usah meneror
dia seperti itu” kata Erikayang juga ikut kesal. Falan menarik napas dan
berkata “ayo kita cari tempat dan aku akan jelaskan semuanya.”
***
Falan mengakui semua yang ia
lakukan. Tentang bunga, tentang bingkisan dan penelpon misterius itu. “Tapi aku
ga ada maksud apa-apa”. “ga ada maksud gimana? Udah jelas-jelas kamu tertangkap
basah tapi masih mau mengelak” sela Erikayang keliatan kesal. “Iya aku salah,
maaf”. Rere masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan Falan. Untuk apa Falan
melakukan ini semua. Bukankah selama ini Rere lebih melihat bahwa Falan
menyukai Erikabukan dirinya. Tapi mengapa semua Falan berikan untuk Rere??
“Aku akan jelasin kenapa aku
ngelakuin semua ini tapi tolong kasih aku waktu. Kalau aku rasa waktunya udah
tepat aku janji aku akan certain yang sebenernya ”. “kenapa ga sekarang aja” Tanya
Rere dengan penasaran. “ga bisa aku bilangkan nanti kalau waktunya udah tepat,
tolong bersabar”. Erikadan Rere mengiyakan permintaan Falan.
***
Hari ini Rere merayakan ulang
tahunya yang ke 18 tapi tidak seperti tahun kemarin Ardi tidak bisa ikut
merayakannya karena studynya belum selesai. Teman-teman Rere banyak yang datang
dan membawa kado. Erikadan Falan pun datang bersama, namun Falan belum
menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Falan berjanji akan menceritakannya
saat pesta ulang tahun Rere.Pesta itu begitu meriah. Ada Radif dan Ka Sasa yang
mengenakan baju berpasangan.
Acara pun dimulai, Ka Sasa yang
berperan sebagai MC disini. “Assalamualaikum semua, oke makasih buat semua nya
yang udah mau dateng ke acara ulang tahun ade aku Rengganis Resti Pangestu atau
yang biasa kita panggil Rere. Yap kita mulai saja acaranya” sambutan dari Ka
Sasa membuka acra tersebut. Mulai dari membaca basmalah bersama sampai make a
wish. Tapi tiba-tiba lampu mati secara mendadak. Semua tamu panik tak
terkecuali Rere dan keluarga. Ada sebuah mobil datang, dari mobil tersebut
turunlah seorang pemuda membawa kue dengan lilin angka 18 yang sudah menyala
apinya. Semua bertanya-tanya siapakah gerangan. Sosok itu pun perlahan berjalan
menghampiri Rere. Rere sedikit meraka ketakutan. Sosok itu pun kini sudah
berada tepat didepan Rere. “Happy Birthday.. Happy birthday.. Happy Birthday
sayang” ternyata pria tersebut adalah Ardi. Rere terkejut dan langsung memeluk Ardi.
Radif membantu memegang kue yang di bawa Ardi. Rere menangis tidak menyangka
banwa Ardi akan datang. Lampu pun menyala, semua tersenyum bahagia.
Falan pun mulai berbicara “Happy
Birthday Rere, ini yang mau aku jelasin. Semua bunga dan bingkisan itu aku beri
bukan karna kemauanku tapi karena Ardi yang meminta tolong padaku”. Rere melaps
pelukannya, “Ardi ? tapi gimana kalian bisa Saling kenal ?” Tanya Rere heran. “Falan
ini sepupu aku, maaf ya aku ga pernah cerita tentang dia” jawab Ardi lalu
mengecup kening Rere.
Erikayang sudah tau soal ini
beberapa hari kemarin pun memeluk erat sahabatnya. “Semua ini Ardi lakuin buat
nunjukin kalau dia saying banget sama kamu re, kamu beruntung punya pacar
seromantis Ardi. Dannnn kamu tau ? aku sudah resmi berpacaran dengan Falan
kemarin”. Rere sangat terkejut, perasaannya kini campur aduk. Bahagia, bingung,
ah semuanya jadi satu.
Tapi satu hal yang Rere mengerti,
disini dihadapannya ada seorang pria yang sebenarnya sedang ada di belahan
dunia lain tapi masih sempat mengirim bunga dan bingkisan walaupun lewat
sepupunya. Itu adalah kado ulang tahun terindah untuknya. Rere memeluk Ardi dan
menangis. “terima kasih saying, terima kasih untuk semuanya”. “sama-sama sayang.
Aku sayang kamu, Aku sayang kamu Rere”. Jawab Ardi lalu mencium kening Rere. Semua
yang ada dipesta itu bertepuk tangan dan semua tersenyum bahagia.
Selamat
ulang tahun Rere J